Harapan Syafaat dari Para Nabi
Tanbihul Ghafilin |
Di dalam kitab Tanbihul Ghafilin karya Imam Abi
Laits as-Samarqandi, dikisahkan pada Hari Kiamat nanti, sekelompok manusia ada
yang merasa sangat kesusahan dengan keadaan yang dialaminya.
Mereka kemudian mendatangi Nabi Adam a.s. berharap
sang “Abal Basyar” dapat memberikan pertolongan. “Isyfa’ lana (syafa’atilah
kami)!” teriak mereka.
Namun, sayangnya jawaban yang keluar tidak sesuai
harapan mereka, “Aku tidak berani menempati maqam memberikan syafa’at kepada
kalian! Aku pernah dikeluarkan dari Surga, sebab kesalahanku,” ungkap Nabi Adam
a.s.
“Pada hari ini, tidak ada hal yang lebih
menyusahkan dibanding diriku sendiri. Pergilah kalian kepada Nabi Ibrahim!”
Kemudian mereka beralih, menuju kepada Nabi Ibrahim
a.s, sang Khalilullah (kekasih Allah). Jawaban serupa didapatkan mereka setelah
menemui Nabi Ibrahim a.s.
“Aku tidak berani. Aku pernah berbohong tiga kali!*
“Pergilah engkau kepada Nabi Musa!”
Kepada Nabi Musa, mereka kembali menitipkan
harapan. “Mintakan kami syafa’at dari Allah, agar Allah segera memberikan
keputusan kepada kami,” pinta mereka.
Namun, kembali kekecewaan yang mereka dapatkan.
“Sewaktu di dunia, aku pernah membunuh seseorang. Maka, pada hari ini, tidak
ada hal yang paling kupikirkan dibanding diriku sendiri. Pergilah kalian kepada
Nabi Isa!”
Untuk ke sekian kali, mereka belum jua mendapat
jawaban. Tibalah kepada Nabi Isa a.s.
“Wahai, Isa! Sudikah anda memintakan syafa’at untuk
kami?”
“Aku dan ibuku dijadikan sesembahan, dianggap
sebagai Tuhan selain Allah. Maka, pada hari ini, tidak ada hal yang paling
kupikirkan, dibanding diriku sendiri. Pergilah kalian kepada Nabi Muhammad,
sang penutup para nabi!”
Kemudian mereka mendatangi Nabi Muhammad saw. untuk
meminta syafa’at.
“Na’am, ana laha! Akulah yang memiliki hak untuk
memberikan syafa’at, sehingga Allah memberikan izin dan ridha kepada orang yang
kuberikan syafa’at,” jawab Rasulullah saw.
Maka, kepada siapa lagi kita menggantungkan harapan
untuk mendapat syafa’at di Hari Akhir nanti? Sudah semestinya pula, kita
berharap untuk mendapatkan syafa’at dari al-musthofa, sembari mendendangkan
syair pujian untuk beliau: Isyfa’ lana/ Ya habibana/ Laka syafa’at/ wa hadza
mathlabi/ Ya Nabi//. (Ajie Najmuddin)
*Nabi Ibrahim pernah ‘berbohong’ tiga kali : 1.
Ketika diajak untuk pergi ke kuil, kemudian ia berbohong bisa sakit kalau
berangkat ke kuil. 2. Usai menghancurkan berhala, kemudian ditanya raja Namrud,
siapa yang menghacurkan berhala, dijawab : yang menjawab berhala adalah berhala
yang laing besar. 3. Ketika ditanya raja Namrud, perihal istrinya, dijawab :
ini saudara perempuan saya.
___________________________________________________________________________________
Terima Kasih, Semoga Bermanfaat
____________________________________________________________________________
_____________________
_________
0 comments:
Post a Comment