Gairah Dunia Habiskan Umur
Syeikh
Abdul Qadir Al-Jilany, 24 Ramadhan, tahun 545 H di Madrasahnya
Anak-anak
sekalian, jujurlah anda semua padaku dengan sesungguhnya. Kalian sedang mencari
solusi harta dan persoalan di rumah anda. Saya tidak berharap pada kalian
kecuali tulus dan ikhlas. Dan itu sangat berguna bagimu, bukan bagiku.
Ikatlah
ucapanmu, baik lahir maupun batin, karena lahiriyahmu senantiasa diawasi oleh para malaikat,
sedangkan batinmu senantiasa diawasi oleh Allah Azza wa-Jalla.
Hai
orang-orang yang terus begulat diantara gedung-gedung mewah dan rumah istana,
yang telah menghabiskan umurnya demi gairah dunia, janganlah anda membangun apa
pun kecuali dengan niat yang baik. Karena pondasi bangunan dunia itu adalah
niat yang sholihah. Karena itu bangunanmu jangan kau tegakkan atas dasar hawa
nafsumu.
Karena
orang bodoh itu membangun dunia dengan hawa nafsunya, watak dan kebiasaannya
tanpa ada kepastian aturan dan keserasian dengan rencana Allah Azza wa-Jalla
serta TindakanNya. Tentu hal demikian tidak layak untuk kesertaan kebaikan,
tidak pula disiapkan untuk ditempati orang lain. Kelak di hari Kiamat besok
ditanya, “Kenapa anda membangun ini, darimana asal hartamu, kenapa tidak anda
nafkahkan? Semuanya dihisab. Carilah ridho dan keserasian, dan terimalah
bagianmu, jangan mencari yang bukan bagianmu. Sebagaimana sabda Nabi Saw “Siksa
Allah Azza wa-Jalla paling pedih bagi hambaNya di diunia ini adalah saat si
hamba mencari harta yang bukan bagiannya.”
Kemarilah
datang kepadaku. Namun bila kalian tidak ada baik sangka padaku, ucapanku tidak
berguna.
Sungguh
celaka. Kalian mengaku muslim, tetapi kalian kontra dengan Allah Azza wa-Jalla,
menentang hamba-hambaNya yang orang-orang saleh, sungguh pengakuan anda
berdusta.
Islam
itu bersumber dari kata Istislam (pasrah) pada ketentuan Allah Azza wa-Jalla,
pada QudratNya, dan rela pada tindakanNya disertai menjaga aturan Kitabullah
dan Sunnah RasulNya Saw, maka keislaman anda baru sah.
Dampak
negatif imajinasi anda yang memanjang membuat anda terjerumus dalam kemaksiatan
dan kontra padaNya Azza wa-Jalla. Sebaliknya jika anda bisa memutus lamunan
anda, kebaikan datang dengan sendirinya, maka pegang teguhlah ini, jangan
sampai lepas, keberuntungan bakal tiba.
Takdir
apa pun, pasti datang dari TanganNya Azza wa-Jalla, dan anda ridho, dengan
keserasian diri pada syariat disertai kerelaan padaNya, tanpa nafsu, tanpa
kesenangan hawa nafsu, tanpa watak selera dan syetan. Karena syetan terkadang
memberikan bantuan pada mereka, sebab dari berbagai arah dan segi, kita ini
tidak terjaga dari dosa, setelah kepergian para Nabi as. Para Nabi itu jiwanya
tenang, hawa nafsunya telah dikalahkan, pengaruh selera wataknya telah redam,
dan syetannya telah dipenjara. Tak ada yang mempengaruhi dirinya. Keberserahan
dirinya bukan pada sebab akibat, sedangkan tauhidnya menepiskan ketiadaan
bahaya dan manfaat pada makhluk.
Sedangkan
anda? Semua dirimu penuh nafsu, penuh kesenangan, penuh dengan kebiasaan
selera, tak ada tawakkal, tak ada tauhid. Berita tentang kepahitan, kemudian
keindahan, lalu remuk redam, kemudiaan terhimpit, lalu mati, kemudian hidup
selamanya. Hina kemudian mulia, fakir kemudian cukup, tiada kemudian ada
karenaNya, bukan karena dirimu.
Jika
anda sabar menghadapi semua itu, maka telah benar apa yang anda kehendaki dari
Allah Azza wa-Jalla. Jika tidak maka tidak benar pula proses hidupmu menuju
Allah Azza wa-Jalla.
Segala
hal yang menyibukkan dirimu lalu membuatmu lalai, adalah keburukan, walaupun
anda melakukan sholat, puasa dan kewajiban-kewajiban Azza wa-Jalla, jauh dari
muroqobah (sadar akan WaspadaNya), jauh dari kebajikan hidup bersamaNya,
padahal orientasi hidup itu adalah berdekatan denganNya. Sedangkan anda adalah
hamba yang terhijab, hamba makhluk, hamba hawa nafsu.
Sang
arif itu senantiasa teguh bersama Allah Azza wa-Jalla di bawah benedera
taqarrubnya dengan pengetahuan dan rahasia batinnya, berserasi dengan qadha’
dan qadarNya, maka tiba-tiba ia tak berdaya dalam peran, tanpa peran, bergerak
tanpa gerak, diam tanpa pendiaman dirinya, maka ia tergolong orang yang disebut
dalam Al-Qur’an: “Dan Kami membolak-balik mereka ke arah kanan dan kiri.” (QS. Al-Kahfi: 18)
Ketika
mereka lemah tak berdaya, mereka bergerak dengan KuasaNya, dan diam dan pasrah
ketika tak berdaya. Bergerak ketika eksistensinya ada, dan diam ketika tiada.
Gerak dalam aturan hukum, diam dalam pengetahuan.
Sesungguhnya
baru benar jika anda telah keluar dari hawa nafsu, watak, kemakhlukan secara
total. Karena itu anda jangan mengikat diri pada makhluk yang tak memiliki
cahaya dan manfaat sedikit pun, dan tiada ada yang memberi rizki selain Tuhanmu
Azza wa-Jalla.
Seharusnya,
selamanya anda patuh padaNya, menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya,
hingga tak tersisa dalam dirimu kecuali hanya Allah Azza wa-Jalla. Sehingga
anda menjadi makhluk terkaya dan termulia. Anda pun akan seperti Adam as,
dimana seluruh makhluk diperintahkan sujud padanya. Ini semua tersembunyi di
balik akal orang awam, namun kebanyakan kaum khusus yang merupakan bagian dari
inti Adam as.
Hai
orang yang sedikit manfaat ilmunya, belajarlah, dan bersunyilah dari makhluk,
lalu keluarlah, dengan hati yang sunyi walaupun secara lahiriyah ada di tengah
publik, dalam rangka menata mereka. Batinnya bersama Allah Azza wa-Jalla, penuh
khidmah dan kesahabatan (kedekatan), penuh dengan disiplin, penuh rasa kembali
dan bereksistensi dengan pergaulan makhluk, sedangkan hatinya bersama Allah
Azza wa-Jalla. Secara lahiriyah ia sibuk dengan aturan hukum, seperti ketika
pakaian kotor ia cuci, ia beri parfum, ketika robek ia jahit. Mereka ini adalah
para pemimpin makhluk, kokoh bagai tegarnya bukit, sedangkan hatinya bersama
Tuhannya Azza wa-Jalla, terhampar, mewaspada dan terus-menerus menyelami
pengetahuanNya.
Ya
Allah jadikan menu sarapan kami adalah dzikir kepadaMu, dan rasa cukup kami
adalah mendekat kepadaMu. Amin.
Tapi
anda ini hatinya mati, dan anda bersahabat dengan kematian hati. Seharusnya
anda bergaul dengan orang-orang yang hidup, para Nujaba’ (Waliyullah), para
Wali Badal (Budala’). Tapi anda ini malah jadi kuburan yang mendatangi kuburan,
bangkai mendatangi bangkai. Anda adalah zaman yang tak lebih mendatangi zaman
yang lain. Anda orang buta, dan dituntun oleh orang buta.
Karena
itu bergaullah dengan orang beriman, yang terus ber-muroqobah, dan saleh.
Sabarlah dengan ucapan mereka, terimalah dan amalkan anda akan beruntung.
Dengarkan para guru dan amalkan, hormati mereka, anda akan beruntung. Saya
punya seorang guru, setiap ada kesulitan padaku, dan muncul di benakku, ia
bicara padaku, dan aku tidak berargumen sama sekali, karena itulah caraku
menghormatinya dan dan beradab bagus padanya. Dan saya tidak pernah berguru
pada guru mana pun melainkan aku sangat menghormati dan menjaga adab yang bagus
Sang
sufi tidak akan pernah pelit, karena memang tidak ada yang dijadikan objek
kebakhilan pada dirinya Sang sufi telah menegaskan untuk meninggalkan semuanya,
kalau ia diberi, maka itu untuk yang lain, bukan untuk dirinya. Hatinya
benar-benar jernih dari materi-materi dan imajinasi rupa. Yang disebut pelit
itu orang yang berharta. Sedangkan sufi hartanya untuk yang lain. Bagaimana ia
disebut bakhil pada harta orang lain? Musuh maupun kawan tidak ada bedanya,
apakah ia dipuji maupun dicaci, sama sekali tak membuatnya bergeming, karena ia
tidak pernah memandang pemberian itu, halangan, manfaat selain dari Allah Azza
wa-Jalla.
Ia
tidak gembira karena hidup, tidak susah karena kematian. Kematiannya adalah
jika mendapat amarah Tuhannya Azza wa-Jalla, dan kehidupannya adalah ridhoNya.
Dalam keramaian ia bisa gelisah, dalam kesendirian ia bisa bahagia. Konsumsinya
adalah dzikir kepada Allah Azza wa-Jalla, minumannya adalah minuman kebahagiaan
bersamaNya, apalagi sekadar pelit terhadap dinding dunia dan seisinya, karena
ia lebih cukup dari sekadar dunia seisinya.
“Ya
Tuhan kami, berikan kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat dan
lindungi kami dari azab neraka.”
Source: Sufinews.com
0 comments:
Post a Comment